Bukan Mi Instan, Risiko Kanker Akibat Etilen Oksida Tinggi pada Kelompok Ini
Ramai produk Indomie rasa ayam spesial ditarik di Taiwan. Penarikan ini didasari temuan kandungan etilen oksida yang disebut sudah melewati batas aman. Etilen oksida dikenal sebagai zat yang dikaitkan dengan pemicu penyakit kanker.
Terkait penemuan tersebut Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) menyebutkan bahwa produk Indomie yang ada di Indonesia aman dikonsumsi.
BPOM telah mengatur Batas Maksimal Residu (BMR) 2-CE sebesar 85 ppm melalui Keputusan Kepala BPOM Nomor 229 Tahun 2022 tentang Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida. Sedangkan kadar 2-CE yang terdeteksi pada Indomie yang berada di pasar Taiwan sebesar 0,34 ppm masih jauh di bawah BMR 2-CE di Indonesia dan sejumlah negara lain.
Menurut Pandangan Guru Besar UGM
Menurut Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof Zullies Ikawati, PH.D., APT, residu etilen oksida yang ada di mi instan berjumlah sangat sedikit. Bahkan etilen oksida dapat menguap dalam proses pemasakan. Pernyataan dari Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof Zullies Ikawati, PH.D., APT bisa kalian lihat di https://artikelfarmasi.com/
“Biasanya kalau makan mi instan itu dimasak dulu kan? Ketika dimasak itu udah menguap karena itu kan bentuknya gas. Jadi kecil sekali sebetulnya,” jelas Prof Zullies dalam acara detik Pagi, Jumat (28/4/2023).
Adapun lebih lanjut, Prof Zullies mengatakan orang yang paling berisiko mengalami paparan etilen oksida adalah orang yang bekerja di industri yang menggunakan etilen oksida. Etilen oksida memang umum digunakan sebagai bahan pensteril.
“Yang berisiko mengalami karsinogenesis atau kanker dengan etilen oksida adalah mereka yang memang kerjanya itu setiap hari misalnya terpapar itu,” kata Prof Zullies.
“Contohnya orang-orang yang memang bekerja di pabrik etilen oksida atau pabrik yang menggunakan etilen oksida sebagai bahan yang digunakan untuk menggunakan bahan lagi di industri kimia,” sambungnya lagi.
Prof Zullies menambahkan bahwa risiko kanker karena etilen oksida bisa muncul ketika seseorang menghirup gas etilen oksida setiap hari dalam jangka waktu yang lama.
“Atau di rumah sakit yang sterilisasi alat medis yang masih menggunakan etilen oksida. Itu yang mungkin akan memapar pada manusia melalui hirupan. Kalau itu terhirup setiap hari bertahun-tahun barulah itu bisa muncul sebagai penyebab kanker,” pungkasnya.
Picu Penarikan Indomie di Taiwan, Pakar Jelaskan Fungsi Etilen Oksida di Mi Instan
Produk mi instan Indomie bersama dengan varian Rasa Ayam Spesial ditarik di Taiwan lantaran ditemukan mengandung etilen oksida melebihi batas. Senyawa berikut diketahui berupa karsinogenik atau sanggup sebabkan kanker. Lantas demikian, apa sebenarnya dampak kandung etilen oksida terhadap mi instan? Seperti apa fungsinya?
Dari inspeksi acak, Departemen Kesehatan Taipei, Taiwan, mendapatkan bahan berikut terhadap dua produk. Selain terhadap Indomie, zat berikut terhitung ditemukan terhadap mi instan asal Malaysia Ah Lai White Curry Noodles. Pada bumbu mi instan product Indonesia, ditemukan kadar 0,187mg/kg etilen oksida. Sedangkan terhadap saus mi instan dari Malaysia, ditemukan sebanyak 0,065mg/kg etilen oksida.
Pakar farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr Zullies Ikawati menjelaskan, kadar etilen oksida terhadap product mi instan sebenarnya cuma berupa sisaan (residu), bukan ditambahkan secara segera jika untuk mengubah rasa atau mengawetkan.
“(Etilen oksida) bukan suatu hal yang sanggup ditambahkan. Jadi itu sifatnya semacam residu saja, sisa begitu. Karena dalam sistem jika dalam sistem produksinya atau dari penyimpanan untuk menghambat bakteri dan sebagainya, maka dikasih disterilisasi maka itu tersisa. Makanya istilahnya residu, bukan sebagai bahan yang ditambahkan,” terangnya dalam siaran detikPagi, Jumat (28/4/2023).
Dengan begitu, kadar etilen oksida terhadap product mi instan sebenarnya amat kecil. Namun benar jikalau kadarnya melebihi batas, sanggup sebabkan sederet dampak terhadap tubuh, terhitung risiko kanker.
“Makanya jumlahnya itu pun sebenarnya amat kecil. Dan seluruh negara sepakat bahwa itu adalah bahan beresiko atau karsinogen, maka tersedia batas maksimalnya,” beber Prof Zullies.
“Sehingga berarti apa? Kalau di atas batas itu, tersedia mungkin potensi bahaya. Tetapi jikalau sedikit saja, mungkin tetap safe walaupun ada. Karena mungkin in certain level kita nggak sanggup amat menyingkirkan sama sekali residunya,” pungkasnya.
Komentar Terbaru